sejarah peradaban ekonomi islam (ibnu khaldun)
a. Pendahuluan ]
Muqaddimah Ibnu Khaldun tentu sudah sangat ketinggalan jika disamakan dengan karya-karya modern di penghujung abad ini. Namun jika ditilik kapan Muqaddimah lahir, tentu banyak orang akan terkesima. Siapa sangka karya ilmiah yang mampu menggambarkan persoalan-persoalan serta gejala masyarakat seperti yang telah dilakukan oleh ilmuwan masa kini semisal Durkheim melalui karyanya Les regles de la Methode Sociologigue itu, nyatanya sudah pernah ditulis Ibnu Khaldun seratus tahun yang lalu?
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal Ramadhan tahun 732 H atau pada 27 Mei tahun 1333. dengan kata lain tidak lama lagi adalah hari kelahiran beliau.Terlahir dengan nama lengkap Abdurahman Abu Zaid Waliuddin Bin Khaldun. Abdurahman adalah nama panggilan keluarganya dan Abu Zaid adalah gelarnya. Sedang Waliuddin adalah nama populernya. Lantas jika ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Kaldun, karena dihubungkan dengan garis kakeknya yang kesembilan yaitu Khalid bin Ustman. Dialah orang pertama dari marga ini yang memasuki Andalusia bersama para penakluk dari bangsa Arab.
Secara umum kehidupan Ibnu Khaldun dapat dibagi menjadi empat fase :
Pertama, fase kelahiran, perkembangan dan study. Fase ini berlangsung sejak kelahiran sampai usia 20 tahun, yaitu dari tahun 732 H/1332 M hingga tahun 751 H/1350 M fase ini dilaluinya di Tunis.
Kedua, fase bertugas di pemerintahan dan terjun ke dunia politik di Magrib dan Andalusia, yaitu dari tahun 751 H/1350 M sampai tahun 776 H/1374 M.
Ketiga, fase kepengarangan, ketika dia berpikir di Benteng Ibnu Salamah milik Banu Arif, yaitu sejak tahun 776 H/1374 M sampai 784 H/1382 M.
Keempat, fase mengajar dan beertugas sebagai hakim negri di Mesir, yaitu dari tahun 784 H/1382 M sampai wafatnya tahun 808 H/ 1406 M.(Yatim, Drs. H. Badri, M.A, Historiografi Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.)
Sewaktu kecil Ibnu Kaldun sudah menghapal al-Quran dan mempelajari tajwid. Gurunya yang pertama adalah ayahnya sendiri. Waktu itu Tunisia menjadi pusat hijrahnya para ulama dan sastrawan dari negara-negara Maghrib. Andalusia yang mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Disamping belajar al-Quran pada ayahnya sendiri, Ibnu Khaldun belajar dari guru-gurunya dengan mendalami qiraat Yaa'kub, ilmu syariat, tafsir, hadist, ushul, tauhid dan fiqih bermazhabkan Imam Maliki. Disamping itu dia juga mempelajari ilmu-ilmu bahasa, seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan kesusastraan. Mempelajari logika, filsafat, serta ilmu-ilmu fisika dan matematika.
Dalam berbagai bidang ilmunya itu Ibnu Khaldun selalu membuat takjub guru-gurunya. Di antara gurunya yang banyak membentuk watak Ibnu Khaldun adalah Muhammad bin Abdil Muhaimin bin Abdi l-Muhaimin al-Hadlrami.
B. CAPAIAN KARIR
Dimulai tahun 750 H (1350 M), setelah terjangkit penyakit pes. Di usianya yang baru 21 tahun, Ibnu Khaldun diangkat sebagai sekretaris kesultanan Dinasti Hafs, al-Fadl di Tunisia. Tetapi kemudian dia berhenti karena penguasa yang didukungnya itu kalah perang pada tahun 753 H. Lalu dia pun hijrah di Baskarah, sebuah kota di Maghrib Tengah (Aljazair). Dari sana ia berusaha bertemu dengan Sultan Abu Anan, penguasa Bani Marin yang sedang berada di Tilmisan (ibu kota Maghrib Tengah) dan berusaha untuk menarik simpati dari Sultan. Tahun 755 H, baru kemudian dia diangkat menjadi anggota Majelis Ilmu Pengetahuan dan setahun kemudian menjadi sekretaris Sultan sampai tahun 763 H (1316-1362 M).
Pada tahun 764 H, ia berangkat ke Granada. Oleh Sultan Bani Ahmar, ia diberi tugas menjadi duta negara di Castilla (sebuah kerajaan berpenduduk Kristen yang berpusat di Sevilla) yang membuahkan hasil gemilang. Selanjutnya tahun 766 H (1364 M) dia pergi ke Bijayah (pesisir Laut Tengah di Al Jazair) atas undangan penguasa Bani Hafs, Abu Abdillah Muhammad, yang kemudian mengangkatnya menjadi perdana menteri dan khatib. Setahun kemudian Bijayah jatuh ketangan Sultan Abul Abbas Ahmad, Gubernur Qasanthinah (sebuah kota di Aljazair). Pada penguasa baru ini Ibnu Khaldun menduduki jabatan yang sama, namun tidak lama setelah itu dia pergi ke Baskarah.
Dari Baskarah ia berkirim surat kepada Abu Hammu, Sultan Tilmisan dari Bani Abdil Wad. Kepada Sultan ia menjanjikan dukungan. Oleh Sultan kemudian dia diberi jabatan sangat penting namun ditolaknya. Sebab, dia ingin melanjutkan studi yang telah lama terhenti. Tetapi ia bersedia kampanye mendukung Abu Hammu. Setelah berhasil ia baru berangkat ke Tilmisan. Tatkala Abu Hammu ditaklukkan Sultan Abul Aziz (Bani Marin), Ibnu Khaldun beralih berpihak kepada Abdul Aziz dan tinggal di Baskarah. Namun dalam waktu singkat, Tilmisan kembali direbut Abu Hammu. Maka Ibnu Khaldun menyelamatkan diri ke Fez (774 H).
Ketika Fez direbut Sultan Abul Abbas Ahmad (776 H), Ibnu Khaldun pergi ke Granada untuk kedua kalinya. Tetapi Sultan Abul Abbas Ahmad melarangnya tinggal di daerah kekuasaannya. Akhirnya Ibnu Khaldun kembali ke Tilmisan. Sesampai di Tilmisan dia masih diterima dengan baik oleh Abu Hammu, meskipun ia sudah pernah bersalah pada penguasa Tilmisan itu. Ia berjanji untuk tidak terjun lagi pada dunia politik. Akhirnya Ibnu Khaldun menyepi di Qal'at Ibnu Salamah dan menetap di sana sampai 780 H (1378 M). Di sinilah dia memulai aktif dalam dunia mengarang.
Tahun 789 (1387 M) dia menunaikan ibadah haji lalu kembali ke Cairo. Setahun berikutnya raja mengangkatnya sebagai ketua penga- dilan namun tidak lama setelah itu dia mengundurkan diri. Tahun 803 H (1401 M) ia ikut menemani Sultan ke Damascus dalam satu pasukan untuk menahan serangan pasukan Timur Lenk, penguasa Mogul. Setelah kembali ke Kairo dia kembali ditunjuk untuk menduki jabatan ketua pengadilan kerajaan, dan tetap dalam jabatan itu sampai ia dipanggil ke rahmatullah (808 M).
C. POKOK-POKOK PEMIKIRAN
· Pentingnya division of labor yang telah jauh hari ia bahas dalam buku Muqaddimah Ibnu Khaldun sebelum Adam Smith menjelaskannya dalam The Wealth of Nation.
· Analisa makroekonomi dari perpajakan dan pengeluaran publik serta perdagangan internasional, pembentukan modal (Capital Formation) dan pertumbuhan (Growth).
D. KARYA-KARYA LEGENDARIS.
· Kitab al-‘Ibar wa Diwan al-Mubtada’wa al-Khabar fi al-‘Arab wa al-Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawi al-Sultan al-Akbar.
· Muqaddimah Ibnu Khaldun.
· Al-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa Rihlatuh Garban wa Syarqan.
· Dan karya lain, selain karya-karya yang telah disebutkan diatas, Ibnu Khaldun sebenarnya mempunyai karya-karya lain yang tidak kalah pentingnya. Menurut Ibn al-Khatib, Ibnu Khaldun telah menulis sebuah komentar tentang Burdah karya al-Bushairi, membuat outline tentang logika dan aritmatika, beberapa resume tentang karya-karya ibnu Rusyd dan sebuah komentar tentang ushul fiqh karya Ibn-al Khatib. Akan tetapi, karya-karya tersebut kini tidak dapat dilacak keberadaannya. Kemungkinan besar karya-karya itu ditulis Ibnu Khaldun sebelum menyusun kitab al-Ibar, al-Mukaddimah dan al-Ta’rif, karena Ibn al-Khatib bertemu dengan Ibnu Khaldun ketika berada di Granada, saat dimana Ibnui Khaldun belum menjalani pengasingannya di Qal’at Ibnu Salamah
E. KESIMPULAN
Setelah kita baca dengan seksama apa yang telah dipaparkan penulis dalam makalah ini, Insya Allah wawasan kita tentang tokoh-tokoh Islam yang terdahulu bertambah, ternyata banyak sekali karya yang diutarankan tokoh/pemikir di masa modern ini jauh-jauh hari telah disampaikan oleh tokoh tokoh Islam ini, salah satunya Ibnu Khaldun.
Dengan banyaknya peninggalan pemikiran dari beliau-beliau ini mudah-mudahan kita sebagai ekonom Islam muda dapat mengambil pelajaran berharga.
Dan tidak lupa kami sebagai manusia manusia biasa pasti punya kesalahan, untuk itu kami mohon maklum. Wassalam
ALLAHU A’LAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar