membayangkan Hujan di kotamu
berapa ratus kilometerkah Jarak yang memisahkan kita namun justru kian menghubungkan rasa pengin lekas bisa sua ke kau, o, kekasihku? sendiri sembari sesekali kuhisap rokokku dan pelahan menghembuskan asapnya yang sebentar mungkin sempat menjelma kabut di ronggadadaku, kubiarkan hasratku berulang menggumamkan namamu dan tak kucegah rasa ingin mendekap ini memburu bayang dari dirimu yang barangkali saat kutulis sajak ini engkau sedang menembus hujan, mengemudikan sendiri jeep itu, dalam kecepatan tak pernah melekas lebih dari tujuhpuluh kilometer perjam. ah, apakah sepasang tangkai pembersih kaca berlambar karet kelabu semu hitam itu, yang berulang bergerak dari kiri ke kanan itu, juga menghapus pula bayang parasku yang entah bagaimana tercetak pucat bersama basahan hujan yang memburamkan kaca mobilmu?
sungguh ingin, sungguh sangat ingin, menempuh jalanan kota yang dulu pernah sangat kukenal, menembus hujan, bersamamu, o, kekasih. barangkali sambil bercakap tentang huruf, kata, tandabaca, atau mengenai apa saja yang mungkin bisa bikin kau makin bahagia. sungguh ingin, sungguh sangat ingin, berkendara menempuh jalanan kota sampai kita lupa pada semua beranda. sesekali saling mengerling, seperti menggoda, seperti mengajak, seperti derai hujan yang menghapus jalan menuju pulang
bersamamu, o, kekasihku
hanya bersamamu
bahkan ingatan selain terhadapmu
:kusembunyikan
biar kerinduan Makin menjelma kegilaan!
kutunggu kau, o, sungguh kutunggu kau, kekasih
di mana kau ketika aku di Magrib
bersama Cinta dan Maut yang makin karib
lambai tak henti menggapai
belai belum sudah berderai
itulah sebab mengapa malam
tiada kenal Muram
seperti akukau
ingsut dari risau
:terpukau
tapi Bukan oleh vas bunga yang berkilau
kini kutunggu kau, o, sungguh kutunggu kau, kekasih
dan kutahu dalam menunggu tiada waktu kan merepih
meski angin selalu akhirnya menerbangkan rasa ingin
meski cuaca selalu akhirnya bikin udara dingin
ya aku di Sini
menjelma seruni
menjelma Bunga
yang tak terjamah angkaangka
menjelma Arus
yang mengalir tanpa menggerus
menunggumu
itulah caraku menuju
mu!
18.19
28.04.2011
semarang.
berapa ratus kilometerkah Jarak yang memisahkan kita namun justru kian menghubungkan rasa pengin lekas bisa sua ke kau, o, kekasihku? sendiri sembari sesekali kuhisap rokokku dan pelahan menghembuskan asapnya yang sebentar mungkin sempat menjelma kabut di ronggadadaku, kubiarkan hasratku berulang menggumamkan namamu dan tak kucegah rasa ingin mendekap ini memburu bayang dari dirimu yang barangkali saat kutulis sajak ini engkau sedang menembus hujan, mengemudikan sendiri jeep itu, dalam kecepatan tak pernah melekas lebih dari tujuhpuluh kilometer perjam. ah, apakah sepasang tangkai pembersih kaca berlambar karet kelabu semu hitam itu, yang berulang bergerak dari kiri ke kanan itu, juga menghapus pula bayang parasku yang entah bagaimana tercetak pucat bersama basahan hujan yang memburamkan kaca mobilmu?
sungguh ingin, sungguh sangat ingin, menempuh jalanan kota yang dulu pernah sangat kukenal, menembus hujan, bersamamu, o, kekasih. barangkali sambil bercakap tentang huruf, kata, tandabaca, atau mengenai apa saja yang mungkin bisa bikin kau makin bahagia. sungguh ingin, sungguh sangat ingin, berkendara menempuh jalanan kota sampai kita lupa pada semua beranda. sesekali saling mengerling, seperti menggoda, seperti mengajak, seperti derai hujan yang menghapus jalan menuju pulang
bersamamu, o, kekasihku
hanya bersamamu
bahkan ingatan selain terhadapmu
:kusembunyikan
biar kerinduan Makin menjelma kegilaan!
kutunggu kau, o, sungguh kutunggu kau, kekasih
di mana kau ketika aku di Magrib
bersama Cinta dan Maut yang makin karib
lambai tak henti menggapai
belai belum sudah berderai
itulah sebab mengapa malam
tiada kenal Muram
seperti akukau
ingsut dari risau
:terpukau
tapi Bukan oleh vas bunga yang berkilau
kini kutunggu kau, o, sungguh kutunggu kau, kekasih
dan kutahu dalam menunggu tiada waktu kan merepih
meski angin selalu akhirnya menerbangkan rasa ingin
meski cuaca selalu akhirnya bikin udara dingin
ya aku di Sini
menjelma seruni
menjelma Bunga
yang tak terjamah angkaangka
menjelma Arus
yang mengalir tanpa menggerus
menunggumu
itulah caraku menuju
mu!
18.19
28.04.2011
semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar