Kamis, 05 April 2012

Bukan Aku

Bersamamu, aku tidak menemukan barang secuil saja jati diri ini. Semuanya lari entah kemana. Kita pernah saling menggapai jemari tangan. Di suatu pojok ruang yang bernama lampau. Aku simpan beberapa tetes air mata, untuk esok hari.


Kamu bahagia, kamu tertawa, setiap hari berganti, raut di wajahmu semakin menebarkan keindahan saja. Seperti bunga anggrek di badan pohon yang selalu mendapat siraman di setiap pagi, seperti bulan yang terus menganggun dalam perjalan ke tanggal 14. Seperti jalan yang terus menyambut roda tanpa tepi. Semuanya begitu indah dalam penginderaan.


Tapi tahukah kamu, aku hanya sebuah pohon besar yang lelah, aku hanya satu dari bintang yang selalu meringis menatap purnama, aku adalah ban menggundul yang siap pecah kapan saja. Menjamahi waktu seperti dalam bui indolensi. Membahagiakanmu selalu dengan cara hipokrisi diri.

Di hadapmu,

Aku berubah,

Dihadapmu,

Aku mati sebelah.


"Sayang apa kamu bahagia bersamaku?" Kamu mengangguk cepat.

"Sayang apa kamu ingin terus bersamaku?" Kembali sudut senyum menusuk pipimu.

Apa untuk merenggut gundahmu aku harus selalu menjadi dirinya sebagai rasamu yang terdahulu itu. Batin ini terus saja menggerutu kelu sendiri.


Diri ini hilang bersama keteduhan hatimu. Keteduhan yang selalu kamu rasa dengan masa lalumu, kini telah kamu dapati. Dengan cara yang sama dari orang yang berbeda. Orang yang menyia-nyiakan hidupnya untuk sebuah bahagia derana dalam pengasingan jati diri.


coretan diro

Masih teringat jelas bayang-bayang anakku melekat di daun pintu sore itu. Tempat ia bersandar menanti papanya pulang. Papa yang juga suami tercintaku.

Pensil yg selalu dipakainya mencorat-coret pintu, aku simpan rapi di lemari kaca meja belajarnya. Kadang anakku suka mengambilnya untuk mencurat-coret dinding ruang tamu.
Aku tidak marah, dan tidak akan pernah marah atas tingkah nakalnya. "Silahkan saja kamu berkreasi, apapun medianya." Aku yakin anakku punya bakat untuk menjadi seorang pelukis atau penulis.
Akan aku simpan rapih keriangannya bersama pensil ini di lemari kaca itu.

mataku tidak pernah bisa membendung bening kerinduan ini padanya. Setiap melihat teman bermainnya dulu yang kini dia sudah mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter. Wajah anakku selalu hadir di wajah temannya itu. Aku bisa membayangkan anakku memakai seragam tentara yang selalu di cita-citakannya dulu. Gagah, berdada bidang, seperti suamiku.
"Mama kenapa nangis?" Tiba-tiba terdengar suara anak kecil yang tidak asing di telingaku. Mataku terbeliak menatap bocah yang ada disampingku.

"DIRO???"
Aku usap deraian di pipi basahku. Aku tersenyum melihatnya begitu juga Anakku, ia tersenyum lebar menatapku. Ia menunjukan barang yang dibawanya.

Seketika aku mengalihkan pandangan pada sebuah lemari kaca di pojok kamar anakku. Sebentar. Aku memejamkan mata sejenak, "diro simpan pensilnya, kamu harusnya sudah dewasa seperti Aldo temanmu itu. Orang dewasa sudah tidak curat-coret dinding rumah." Sesalku. Ya, anakku bernama Diro. Umurnya sudah menginjak 25 tahun. Aku baru ingat, hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Nampaknya ucapanku kali ini tidak bisa dikatakan tepat untuk diterima Diro. Perasaannya masih lunak. Anakku menunduk lesu, ia beranjak mengembalikan pensilnya ke lemari kaca. Aku menatap lunglai langkah kecewanya. Tangannya yang mungil mengepal lemah terlihat memukul-mukul pelan dinding sambil berjalan ke arah pintu keluar rumah.

"Diro mau kemana?" Tanyaku setengah teriak, "ibu becanda kok, silahkan aja corat-coret lagi dindingnya. Kamu jangan pergi dulu nak."

Diam.
Tidak ada jawaban dari anakku.
Aku hanya menatap lemas membuntuti bayangan diro dari depan kamarnya. Menyesal. Diro masih menunduk tanpa menoleh ke arahku. Langkahnya semakin menjauh mendekati pintu keluar rumah.

Tiba-tiba dari luar datang seorang bapak-bapak muda tampan berbaju kantoran seperti mau menyambut kesedihan diro, memberikan perlindungan kepada anakku. Dia mengais pelan tubuh anakku yang mungil. Senyum diro mengembang kembali. Mungkin ia sudah mengabaikan kekecewaannya terhadapku.
Batinku semakin tidak kuasa menerima kenyataan ini. Dua orang yang sangat aku sayang berada tepat didepan pintu rumah. Badanku tiba-tiba melemah. Lantai keramik tua berdegup ketika lututku jatuh terhempas bersama bulir air mata melayang jatuh di atasnya. "Mama, papa pergi dulu. diro baik-baik kok sama papa. Jaga diri baik-baik ya." Pesannya. Lelaki itu. Lelaki yang menjadi suamiku masih sangat terlihat muda. Tidak berubah seperti waktu terakhir dia membenamkan ciuman di rambutku dulu.
Aku semakin tidak kuasa menahan kepedihan ini. Pipiku basah. Air mataku pecah. Begitu deras berderai di pipiku. Aku pejamkan mata ini begitu lama. Mengingat suami dan anakku sesaat sebelum mereka pergi untuk selamanya.

Anakku dengan riangnya menyambut papanya pulang dari kantor sore itu. Tepat disamping daun jendela pintu rumahku. Masih terasa rengekannya mengaung ketika melihat papanya tidak membawa peralatan menggambar yang dipesannya waktu pagi di hari itu. Belum sempat menginjak rumah, suamiku langsung pergi lagi bersama diro. Bermaksud membeli peralatan menggambarnya diro di salah satu supermarket di daerahku.
Sore itu memang sudah gelap. Mendung memayungi atap rumah kami. Papa melajukan motor vespanya dengan kencang. Mungkin karena takut kehujanan di jalan juga. Diro terlihat senang waktu itu. Dia berdiri di bagian depan vespa membelakangi papanya yang menjadi supir.

Kekhawatiranku waktu itu terjawab sudah. Selang dua jam aku mendapati kabar papa dan diro meragang di kamar mayat salah satu rumah sakit. Batinku meledak. Kesedihan memenuhi rongga dadaku yang teramat sesak waktu itu. Tenggorokanku terasa perih sekali. Semuanya terasa gelap dan menyempit sesaat sebelum aku terjatuh pingsan.


Kini Sudah 19 tahun aku hidup dalam kesendirian. Menikmati segala kerinduan kepada mereka. Mataku tidak pernah mengering untuk dua orang yang layak aku perjuangkan cintanya. Sampai sekarang. Anakku Diro dan suamiku. Aku berjanji akan menyimpan cinta ini baik-baik. Seperti pensil Diro yang selalu tersimpan rapi di lemari kaca meja belajarnya itu. Tangisku adalah keseharianku bersama bayang, bersama pensil dan coretan di dinding.

Minggu, 01 April 2012

Senja yang Sendu


Dua pasang kelopak mata kubiarkan beradu, bulu mata teranyam rapih dari sudut kanan sampai sudut kiri. Dalam gelap, bayangku bersiul kencang. Sementara di depanku tidak nampak seorang gadis cantik, pun perawan manja yang semestinya menjadi faktor utama penyebab bibir ini memoncong menyiul genit. Pandanganku melayang. Ini terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang jenak. Aku masih ragu dengan ini.

Masih di balik kelopak mata yang gelap. Aku mencoba memejamkan bayangan itu dalam lamunan. Pernah aku rasa menghilang, sebentar saja khayalku mereda. Diantara pejaman itu, tiba-tiba datang bayangan samar, lalu membentuk jelas tepat di arah pandangku yang lurus. Sosok perempuan dalam bentuk yang paling indah dan sempurna yang pernah memantul di retinaku, "Wow!" Kataku takjub. Sosok itu berdiri diantara kegelapan yang luas.

Dipejam yang pejam semua terlihat lebih ada. Lebih nyata. Sosok perempuan belia itu elok dengan cardigan tipis membalut tubuhnya. Menjadi perempuan paling nyata. kakiku melangkah pelan sekali. Memastikan dirinya tidak akan lari karena cemas merasakan kehadiranku yang mungkin menurutnya adalah seorang lelaki asing. Matanya terbeliak ketika tumpuan tumitku berpindah pijakan. Ada rasa ingin segera membias bayang, pikirku.

Pijakan ini semakin mendekat. Tumpuannya pun semakin ringan untuk menggapai perempuan itu. Dan..
Sekarang perempuan itu tepat ada di hadapanku, beberapa centimeter saja. Pandangnya penuh curiga setengah menengadah ke arahku. Angin yang menyerbu menghempaskan beberapa helai rambut liarnya yang terurai panjang sampai pinggang. Lurus sekali. Beberapa kali dengan manjanya rambut itu menyapa lengan kurusku.

Mataku bergerak vertikal menyimaknya dari ujung jari kaki, lalu sepasang betis mulus tanpa bulu, sampai tepat saat satu titik menyatukan antara dua pandangan kita di udara. Bibirnya perlahan mengembang, aku merasa yakin sekali dia tersenyum lebar padaku. Seyumnya umpama mengucapkan beberapa kata, aku hanya mengartikannya sebagai kalimat "Engkau, pemuda di hadapanku. Aku ingin mengenalmu."

Sesaat tanganku bergerak membuntuti arah pandang. Coba mengembalikan helaian rambut liar di tanganku. Tiba-tiba keheranan menyelinap dalam otakku. Tidak ada helaian rambut yang bisa ku pegang. Aku yakin, tangan ini sudah tepat bisa dikatakan menggapai rambutnya. Tapi..
Tetap saja semakin menambah keherananku. Detik itu aku memindahkan pandang ke arah matanya. "Tidak ada yang aneh dari senyumnya." batinku.

Tangan kiriku bergegas membenamkan sapa di pundaknya. Kembali, tidak ada yang dapat aku raba. Badannya seperti sebuah bayangan berdimensi tinggi. Mampu dilihat namun tak dapat ku sentuh. Dirinya tetap tersenyum, diam dalam semu tanpa menusukan kata di indera pendengaranku. Begitu pun aku yang masih tidak percaya dengan apa yang ada dihadapanku.
Diam. Kita berdiam diri dalam waktu yang lama. Dia diam dengan senyum lebarnya, dan aku diam dengan segala macam bentuk keanehan.

Perlahan lamunanku membuka gelapnya, di tengah kelopak mataku yang belum terpisah dalam peraduannya yang lebih merapat. Untuk ruang yang satu ini aku terkubur dalam gelap. Tidak ada sosok semikro apa pun yang dapat ditangkap retina mataku. Tidak ingin lama-lama aku beranjak cepat membuka indera penglihatanku.

Jendela kamarku terbuka lebar. Angin berhembus kencang bersama cipratan-cipratan air yang diturunkan langit tidak lebat. Sore yang sendu itu, ketika semua terlihat jelas dan begitu nyata. Hanya sepenggal cerita dalam gelap yang bisa mengobati rinduku pada hurup. Pada kata, pada kalimat dan kepada sebuah cerita singkatku menjamahi bayangan super indah bernama perempuan. Dalam bayangan, di senja yang tidak nampak riang.

Rehat Dalam Genggaman

Satu dari beberapa kepastian menerjang dalam hening. Punah kekal, fana waktu menerawangkan kegelisahanku. Tidak cukup rasanya kalau terus tertegun menghendus bayang. Waktu betul-betul tidak sedang dalam candaan. Ia bergerak teratur membawa sebuah keranda menyusuri fajar yang berganti matahari, matahari berganti senja, dan senja yang berganti bulan menata bintang yang berserakan. Terus saja begitu hingga datangnya suatu kefanaan.

Dini hari itu ku basuh wajah dengan beberapa kejernihan air terkepal di muara jari. Seperti yang sudah-sudah, aku berharap ada kesejukan menghampiri kala itu. Namun, tidakkah ada partikel kebosanan yang bersemayan di balik kejernihan? Tidakkah setiap tetes yang membelai memberi kelegaan kepadaku? Aku terjebak. Ini masih tidak bisa ku percaya. Perhelatan kecil di suatu fajar membuatku tampak usang. Kering, gersang, gundah, dan semua rasa “ketidakbaikan” berkerumun di tepian malamku.

Sehebat itukah tuhan bermain dalam teka-teki kehidupan? Kekuasaannya meluluhlantahkan kuasaku. Ini hidup, itu hidup. Hidup yang tetap harus direngkuh walau dengan riuh ringkiknya. Dibalik gemulai tangan ini, aku mencemaskan jari yang tidak bisa menari lagi. Yang artinya hidupku berada di titik nadir paling ujung. Senyum yang selalu aku pandang di setiap sudut bibir orang-orang di sekitarku tidak akan ku reguk lagi kesegarannya. Aku masih menatap kekosongan dibalik jemari yang menonjolkan urat lembut membiru.

Segenap kecemasan ini hadir diantara kerut halus yang memantul di wajah seorang ibu tua yang lelah. Ibu tua yang mengais bocah nakal sehabis memadamkan obat anti bakar di sudut rumah. Bocah yang menjadi darah terakhir ibu setelahku.
Maafkan. Janji yang telah ku sebut di ruang itu untuk kali ini mungkin masih ingin berbaring manja di beranda kontrakan. Sejenak duduk bersama di pangkuan fajar bersama kopi dini hari.

Tenanglah. Tetap tenang hey wahai. Ini cara yang paling pahit dalam perjalananku. Cara yang mungkin menyulitkan namun bersegera akan ku susul waktu untuk berdiri di puncak tertinggi sana. Siapkan badanmu yang renta itu ibu, kelak dua tiga tahun mendatang kita harus siap berseragam kain ihrom. Bersama suci mimpi kita mengelilingi bangunan tua yang telah menyesakan banyak dada itu.

Jumat, 30 Maret 2012

rindu tak bermuara

kerinduan datang dengan gelombang mencakar nirwana,
menerjang dengan hantaman berlipat ganda
saya membatu dalam keambiguan
saya berpikir saya mampu, saya hebat, saya pernah merasakan yang lebih dari ini.
jutaan belati viskositas rendah menrobek ari-ariku
terik mentari telah membuatku lebam
tidak ada kegersangan yang berkesudahan
kerikil super kecil berkelana dibalik kelopak mata
merusak arah pandang yang sudah tidak utuh
bising dalam genderang bisu,
riuh dalam retina semu,
perih dan sunyi yang hanya saya pertahankan
sungguh sekali saya terbeban dalam kekinian
bersama rindu yang entah dimana rimbanya
di ujung laut?
di dasar samudra?
atau bahkan di sela jemari kaki?
aku merasakan!
cukup bisa dan mampu menghadapi kekosongan
dalam rindu.

tampuk kuasa kita, bukan kamu!

Keindahan semakin banyak dilantangkan.

Kesejukan yang tertahan hanya sampai ujung mulut

menjadi gumam.

“Tindakan bodoh macam apa lagi ini?” aku berteriak.

 

Menjamahi karya dengan pemikiran yang memaksa diubah menuju public.

Jika kau terus memaksakan itu, kenapa tidak kau hidangkan saja kopi panas itu di tudung saji kotormu.

Tidak kah cukup hanya kau yang merasakan keruwetan itu?

Terus saja di depan!

 

Logika picik membungkus semua kegamangan benak renta kekinian.

Rasakanlah kerasnya dinding pemisah itu,

Tataplah betapa tingginya tebing yang ada dihadapanmu.

Itu bukan penghalang yang sengaja aku buat.

Itu adalah jejak yang kau buat sendiri dalam gelap.

*

Aku melihat matamu memicing bisu.

Seolah sumpah serapah keluar dari sudut mata subammu.

Dan seperti apa yang terpantul di retinamu,

Aku tertawa kencang melihat gurauan seriusmu.

Meski kau hanya melirik dengan terbeliak didepanku.

 

Maka tetaplah samakan langkah kita, tetap disampingku.

Bertepuk bahu bersamaku, itu indah.

Kita beriring menapaki kisah tampuk kuasa.

Kamis, 23 Juni 2011

ARTIST QUOTES

Tidak ada musuh yang lebih muram dari seni yang baik dari kereta di aula
Paradoksnya meskipun mungkin tampaknya, itu tidak ada yang kurang benar bahwa kehidupan meniru seni jauh lebih daripada seni meniru kehidupan.
Seni adalah kebohongan yang mengatakan kebenaran.
Seni adalah seni. Segala sesuatu yang lain segala sesuatu yang lain.
Fantasie ist als wichtiger Wissen.
Seni sejati ditandai dengan dorongan tak tertahankan di seniman kreatif.
Pekerjaan terbesar dari seorang seniman adalah sejarah lukisan.
Tujuan seni adalah untuk tidak mereproduksi realitas, tetapi untuk menciptakan realitas intensitas yang sama.
Segala seni adalah soliter dan studio adalah area penyiksaan.
Seni adalah apa yang Anda bisa lolos dengan.
Orang selalu begitu membosankan ketika mereka band bersama-sama. Anda harus sendiri untuk mengembangkan semua keistimewaan yang membuat seseorang menarik.
Pikiran kreatif telah dikenal untuk bertahan hidup apapun pelatihan yang buruk.
Tidak peduli seberapa canggih Anda mungkin, sebuah gunung granit besar tidak dapat disangkal - itu berbicara dalam diam ke inti dari keberadaan Anda.
Intelektual adalah pria yang mengatakan hal yang sederhana dengan cara yang sulit, seorang seniman adalah orang yang mengatakan hal yang sulit dengan cara yang sederhana.
Seorang seniman tidak bisa gagal, itu adalah sukses untuk menjadi satu.
Ada fakta yang lebih valid dan detail dalam karya seni daripada yang terdapat dalam buku-buku sejarah.
Jika dunia benar-benar terlihat seperti itu, aku akan melukis lagi!
Kunst ist Scheisse
Konsepsi, anak saya, kerja otak mendasar, adalah apa yang membuat semua thedifference dalam seni.
Anak-anak kecil menggambar tanah, langit, dan ruang di antaranya. Jika Anda tanyakan kepada mereka apa ruang di antara, mereka mengatakan 'yang mana kita berada. "
Tugas artis selalu untuk memperdalam misteri.
Kandinsky benar menghargai CĂ©zanne. Munculnya triangularity di 'bathers Besar' merupakan langkah tak sadarkan diri di arah yang benar, langkah sekitar untuk menerobos kerak permukaan bergambar di masa depan. Namun, lincah dan berotot seperti yang mungkin telah, segitiga CĂ©zanne tidak bisa menghilangkan komposisi piramida penahan Raphael. Ketekunan mantap piramida ini menerangi berat mati mistik yang Kandinsky dan semua lukisan abstrak mengikutinya selalu memiliki kesulitan untuk akuntansi, dan yang pada akhirnya kita, jika tidak mereka, tidak bisa hidup tanpa.
Tapi, setelah semua, tujuan seni adalah untuk menciptakan ruang - ruang yang tidak terganggu oleh dekorasi atau ilustrasi, ruang dalam mana subjek lukisan bisa hidup.
Seni dibuat untuk mengganggu. Ilmu meyakinkan. Hanya ada satu hal yang berharga dalam seni: hal Anda tidak bisa menjelaskan.
Mereka melihat puisi dalam apa yang saya lakukan. Tidak, aku menerapkan metode saya, dan itu semua ada untuk itu.
Meskipun mimpi itu adalah fenomena yang sangat aneh dan misteri yang tak dapat dijelaskan, jauh lebih bisa dijelaskan adalah misteri dan aspek pikiran kita memberikan pada objek tertentu dan aspek kehidupan. Secara psikologis, untuk menemukan sesuatu yang misterius pada objek adalah gejala kelainan otak yang terkait dengan jenis tertentu kegilaan. Saya percaya, bagaimanapun, bahwa saat-saat yang abnormal tersebut dapat ditemukan di setiap orang, dan itu semua lebih beruntung ketika mereka terjadi pada individu dengan bakat kreatif atau dengan kekuatan paranormal. Seni adalah bersih fatal yang menangkap momen-momen aneh di sayap seperti kupu-kupu misterius, melarikan diri tidak bersalah dan gangguan orang biasa.
Seorang seniman besar ... harus terguncang oleh kebenaran telanjang yang tidak akan dihibur. Ketidakpuasan ilahi ini, ketidakseimbangan ini, keadaan ketegangan batin adalah sumber energi artistik.
Kemampuan untuk menyederhanakan berarti untuk menghilangkan yang tidak perlu sehingga diperlukan dapat berbicara.
Artis anak dalam dongeng populer, setiap yang salah satu air mata adalah mutiara.
Ini telah mengganggu saya sepanjang hidup saya bahwa saya tidak melukis seperti orang lain.
Ini akan menjadi kesalahan untuk menganggap kekuatan kreatif untuk bakat bawaan. Dalam seni, pencipta jenius bukan hanya menjadi berbakat, tetapi orang yang telah berhasil mengatur akhirnya ditunjuk mereka, kompleks kegiatan, yang pekerjaan hasilnya. Artis dimulai dengan visi - sebuah operasi yang kreatif membutuhkan usaha. Kreativitas membutuhkan keberanian.
Presisi bukan realitas
Seni antara ras agama menghasilkan peninggalan, antara satu militer, piala, antara komersial satu, artikel perdagangan.
Segala seni adalah ekspresi individu dari suatu budaya. Budaya berbeda, maka seni terlihat berbeda.
Ini adalah seni yang membuat hidup, membuat bunga, membuat penting. . . dan aku tahu tidak ada apa pun yang menggantikan kekuatan dan keindahan prosesnya.
Saya telah membuat kompak diam dengan diri sendiri untuk tidak mengubah garis apa yang saya tulis. Saya tidak tertarik dalam menyempurnakan pikiran, atau tindakan saya. Selain kesempurnaan Turgenev saya menempatkan kesempurnaan Dostoevski (apakah ada sesuatu yang lebih sempurna dari "The Suami Ethernal"?). Di sini, kemudian, dalam satu dan media yang sama, kita memiliki dua jenis kesempurnaan. Namun dalam surat-surat Van Gogh ada kesempurnaan di luar salah satu dari ini. Ini adalah kemenangan individu atas seni. - Henry Miller, "The Tropic of Cancer" ($) (?)
Vita brevis, ars Longa,
Ketika putri saya sekitar tujuh tahun, dia bertanya suatu hari apa yang saya lakukan di tempat kerja. Kukatakan padanya aku bekerja di pekerjaan perguruan tinggi yang saya adalah mengajar orang cara menggambar. Dia menatap ke arahku, percaya, dan berkata, "Maksudmu mereka lupa?"
Ketika gadis ini di museum bertanya siapa aku suka lebih baik, "Monet" atau "Manet", saya berkata, "Aku seperti mayones." Dia hanya menatap saya, jadi saya berkata lagi, lebih keras. kemudian dia pergi. Kurasa dia pergi untuk mencoba untuk menemukan beberapa mayones untuk saya.
Seni adalah datang berhadapan dengan diri sendiri. Itulah apa yang salah dengan Benton. Dia berhadapan dengan Michelangelo - dan ia kehilangan
Gambar-gambar saya merenungkan lukisan akan merupakan sebuah negara transisi dan upaya untuk menunjukkan arah masa depan - tanpa benar-benar tiba di sana.
Tujuan seni adalah untuk berbaring telanjang pertanyaan-pertanyaan yang telah disembunyikan oleh jawaban.
Jika Anda ingin memiliki satu juta dolar dan menjadi seniman, mulai dengan dua.
Seorang seniman tidak dibayar untuk kerja, tapi untuk visi.
Seperti musik adalah puisi suara, sehingga adalah lukisan puisi penglihatan dan subjek-materi tidak ada hubungannya dengan harmoni suara atau warna.
Saya mencoba menerapkan warna-warna seperti kata-kata yang bentuk puisi, seperti catatan bahwa musik bentuk.
Itu yang statis dan berulang-ulang membosankan. Itu yang dinamis dan acak membingungkan. Di antara kebohongan seni.
Tidak ada yang jelek, aku tidak pernah melihat hal yang jelek dalam hidup saya: untuk membiarkan bentuk objek menjadi apa yang mungkin, - cahaya, naungan, dan perspektif akan selalu membuatnya indah.
Tidak ada yang pernah disebut Pablo Picasso brengsek
Fungsi artis adalah mythologization budaya dan dunia. Dalam seni visual ada dua laki-laki yang bekerja ditangani tema mitologi dengan cara yang mengagumkan: Paul Klee dan Pablo Picasso
Jangan membayangkan bahwa Seni adalah sesuatu yang dirancang untuk memberikan mengangkat lembut dan kepercayaan diri. Seni bukan sebuah bra. Setidaknya, tidak dalam pengertian bahasa Inggris. Tapi jangan lupa bahwa bra adalah kata Perancis untuk hidup-jaket.
Telah dikatakan bahwa seni adalah kencan, karena dalam sukacita itu pembuat dan melihatnya bertemu.
Jika Anda benar-benar ingin menyakiti orang tua Anda dan Anda tidak punya nyali cukup untuk menjadi homoseksual, yang paling dapat Anda lakukan adalah masuk ke seni.
Jika Anda benar-benar ingin mengganggu orang tua Anda, dan Anda tidak cukup berani untuk menjadi gay, masuk ke seni!
Seni bukanlah kesenangan, pelipur lara, atau suatu hiburan, seni adalah masalah besar. Seni adalah organ kehidupan manusia, transmisi persepsi akal manusia ke dalam perasaan. Pada zaman kita persepsi keagamaan umum laki-laki adalah kesadaran persaudaraan manusia kita tahu bahwa kesejahteraan manusia terletak dalam persatuan dengan sesama manusia. Ilmu sejati harus menunjukkan berbagai metode penerapan kesadaran ini untuk hidup. Seni harus mengubah persepsi ini ke dalam perasaan. Tugas seni sangat besar. Melalui pengaruh seni nyata, dibantu oleh ilmu pengetahuan, dipandu oleh agama, yang damai kerjasama manusia sekarang diperoleh dengan cara-oleh eksternal pengadilan hukum, polisi, lembaga amal, inspeksi pabrik, dll-harus diperoleh dengan bebas manusia dan menyenangkan kegiatan. Seni harus menyebabkan kekerasan untuk disisihkan. Dan hanya seni yang dapat mencapai hal ini.
Seni membuat diakses orang dari generasi terbaru semua perasaan yang dialami oleh pendahulu mereka dan juga mereka dirasakan oleh sezaman mereka yang terbaik dan terutama. . . [Seni] adalah sarana persatuan antara pria, bergabung dengan mereka bersama-sama dalam perasaan yang sama. . . Seni adalah kegiatan manusia yang terdiri dalam hal ini, bahwa satu orang sadar dengan cara tanda-tanda eksternal tertentu, tangan ke perasaan orang lain ia memiliki hidup melalui, dan bahwa orang lain yang terinfeksi oleh perasaan dan juga pengalaman mereka. . . Sebuah karya seni yang nyata menghancurkan dalam kesadaran penerima pemisahan antara dirinya dan artis, dan. . . juga antara dirinya dan semua yang pikirannya menerima karya seni. Dalam membebaskan kepribadian kita dari pemisahan dan isolasi, dalam penyatuan dengan orang lain, terletak karakteristik kepala dan kekuatan yang menarik besar seni.
Seni adalah Ratu dari semua ilmu pengetahuan untuk berkomunikasi semua generasi di dunia.
Miskin adalah murid yang tidak melebihi tuannya.
Saya hanya merasa bahwa aku selaras dengan getaran tepat di alam semesta ketika saya sedang dalam proses kerja.
Semakin lama Anda melihat suatu objek, semakin abstrak itu menjadi, dan, ironisnya, lebih nyata.
Aku tidak ingin warna apapun yang akan terlihat ... Saya tidak ingin untuk beroperasi dalam pengertian modernis sebagai warna, sesuatu yang independen ... Penuh, warna jenuh memiliki makna emosional yang ingin saya hindari.
Aura diberikan oleh seseorang atau objek adalah menjadi bagian dari mereka sebagai daging mereka. Efek yang mereka buat dalam ruang adalah sebagai terikat dengan mereka sebagai mungkin warna atau bau ... Oleh karena pelukis harus peduli dengan udara sekitarnya sebagai subjek dengan subjek itu sendiri. Ini adalah melalui observasi dan persepsi suasana yang ia dapat mendaftarkan perasaan bahwa ia ingin lukisannya untuk memberikan.
Saya tertarik pada ide-ide, tidak hanya dalam produk visual.
Masyarakat mengambil apa yang diinginkannya. Artis itu sendiri tidak dihitung, karena tidak ada eksistensi yang sebenarnya untuk karya seni. Karya seni selalu didasarkan pada dua kutub dari penonton dan pembuat, dan percikan yang berasal dari tindakan bipolar melahirkan sesuatu - listrik seperti. Tapi penonton memiliki kata terakhir, dan selalu cucu yang membuat karya tersebut. Artis tidak harus perhatian dirinya dengan ini, karena itu tidak ada hubungannya dengan dia.
Seni adalah obat membentuk kebiasaan. Itu semua itu adalah bagi seniman, untuk kolektor, bagi siapa saja yang berhubungan dengan itu. Seni sama sekali tidak keberadaan sebagai varacity, sebagai kebenaran. Orang berbicara tentang itu dengan besar, penghormatan agama, tapi saya tidak melihat mengapa harus begitu banyak dihormati. Aku takut aku agnostik ketika datang ke seni. Saya tidak percaya dengan segala fasilitasnya mistis. Sebagai obat itu mungkin sangat berguna bagi banyak orang, sangat penenang, tetapi sebagai sebuah agama itu bahkan tidak sebagus Allah.
Seni adalah seperti kapal karam .. itu orang biasa untuk dirinya sendiri.
Seni adalah petualangan ke dunia yang tidak dikenal, yang hanya dapat dieksplorasi oleh mereka yang bersedia mengambil risiko.
Alat yang paling penting mode artis melalui latihan konstan iman dalam kemampuannya untuk menghasilkan keajaiban ketika mereka dibutuhkan. Gambar harus ajaib: yang instan selesai, keintiman antara penciptaan dan sang pencipta berakhir. Dia adalah orang luar.
Desainer yang hebat berinovasi, desainer yang baik ditiru.
Artis tidak ada dari waktu ke depan. Dia adalah waktunya. Itu hanya bahwa yang lain berada di belakang waktu.
Bakat dan semua yang benar-benar untuk sebagian besar hanya omong kosong. Setiap anak sekolah dengan bakat sedikit mungkin dapat menarik lebih baik daripada aku, tetapi apa yang kurang dalam banyak kasus adalah keinginan ulet untuk mewujudkannya, yang keras kepala kertakan gigi dan berkata, "Meskipun saya tahu itu tidak bisa dilakukan, saya ingin untuk tetap melakukannya
Tuhan, biarkan aku selalu menginginkan lebih maka saya pikir saya bisa lakukan.
Inti dari semua seni adalah memiliki kesenangan dalam memberi kesenangan.
Seni adalah kegiatan tugas dan tepat tertinggi metafisik kehidupan ini.
Ini adalah melalui ... Seni dan Art bahwa kita bisa melindungi diri dari bahaya kotor eksistensi aktual.
Sekolah yang tepat untuk belajar seni tidak hidup tapi seni
Ini adalah melalui seni, dan melalui seni hanya, bahwa kita dapat mewujudkan kesempurnaan kita, melalui seni dan seni hanya bahwa kita bisa melindungi diri dari bahaya kotor eksistensi aktual.
Seni adalah modus yang paling intens invidualism bahwa dunia telah diketahui.
Masa lalu adalah apa yang manusia tidak seharusnya. Ini adalah apa yang manusia tidak seharusnya. Masa depan adalah apa artis.
Semua orang ingin memahami lukisan. Mengapa tidak ada upaya untuk memahami nyanyian burung?
Aku tidak mencari. Saya menemukan.
Hari akan datang ketika wortel tunggal, baru diamati, akan memicu sebuah revolusi.
Seni membutuhkan filsafat, seperti filsafat membutuhkan seni. Jika tidak, apa yang akan menjadi keindahan?
Dunia menjadi lebih mengerikan, seni menjadi lebih abstrak.
Seni tidak mereproduksi terlihat, melainkan membuat terlihat.
Seorang seniman pernah benar-benar menyelesaikan pekerjaannya, ia hanya meninggalkan hal itu.
Aku kabarkan kepadamu apa yang saya pikir adalah dua kualitas sebuah karya seni? Pertama, harus menjadi tak terlukiskan, dan kedua, itu harus tak ada bandingannya.
Posisi artis jika rendah hati. Dia pada dasarnya saluran.
Tentunya semua seni adalah hasil dari seseorang yang telah dalam bahaya, memiliki pengalaman melewati semua jalan sampai akhir, di mana tak seorang pun bisa pergi lebih jauh.
Seni adalah nyonya cemburu dan jika seorang pria memiliki kejeniusan untuk lukisan, puisi, arsitektur musik, atau filsafat, dia membuat suami yang buruk dan penyedia sakit
Seni adalah cara untuk mengatakan apa artinya menjadi hidup, dan fitur yang paling menonjol dari keberadaan adalah peluang terpikirkan menentangnya. Untuk setiap cara yang ada berada di sini, ada yang tak terbatas cara untuk tidak berada di sini. Sejarah kecelakaan snuffs keluar seluruh alam semesta dengan setiap tick jam. Statistik menyatakan kita konyol. Termodinamika melarang kami. Hidup, dengan ukuran apa yang masuk akal, mustahil, dan kehidupan-ini saya, di sini, sekarang-jauh lebih. Seni adalah cara untuk mengatakan, dalam menghadapi semua kemustahilan itu, betapa layak merayakan itu adalah untuk dapat mengatakan apa-apa sama sekali.
Satu jujur ​​mungkin mengatakan bahwa seni abstrak adalah dilucuti telanjang hal lain untuk mengintensifkan itu, irama nya, interval ruang, dan struktur warna. Abstraksi adalah proses penekanan. . . Tidak ada yang drastis sebagai sebuah inovasi sebagai seni abstrak bisa datang menjadi ada, simpan sebagai konsekuensi dari kebutuhan, yang paling mendalam tanpa henti, yang tak terpadamkan. Kebutuhan ini untuk pengalaman dirasakan - intens, langsung, langsung, halus, bersatu, hangat, hidup, berirama.
Kreativitas muncul dari ketegangan antara spontanitas dan keterbatasan, yang terakhir (seperti sungai) memaksa spontanitas ke dalam berbagai bentuk yang sangat penting untuk karya seni atau puisi.
Pasti ada sesuatu tentang seni ... hampir semua budaya telah dilakukan seni. Suatu penyulingan dari indra, yang ada agar kita tetap hidup. Sejauh yang kami tahu, tidak ada hewan lain melakukan itu.
Seni tidak berubah. Ini sekadar bentuk.
Sejak keacakan mekanis diperoleh berisi segala macam permutasi yang mungkin, termasuk yang paling biasa, tidak dapat diandalkan selalu menunjukkan ketidakteraturan meresap.
Seni adalah suatu ingatan yang setengah-dihapuskan dari sebuah negara yang lebih tinggi dari mana kita telah jatuh sejak dari Eden.
Satu-satunya perbedaan antara saya dan orang gila adalah bahwa saya tidak gila
Mereka yang tidak ingin meniru apa pun, menghasilkan apa-apa.
Kreativitas adalah memungkinkan diri Anda untuk membuat kesalahan. Seni adalah mengetahui mana yang tetap.
Perbedaan antara biasa-biasa saja dan keunggulan adalah perhatian terhadap detail.
Dia yang tahu bagaimana menghargai hubungan warna, pengaruh satu warna yang lain, kontras dan dissonances, dijanjikan sebuah citra jauh beragam.
Hidup bukanlah sebuah sistem dukungan untuk seni. Ini adalah sebaliknya.
Seni besar dapat berkomunikasi sebelum dimengerti.
Anda tidak dapat melakukan terlalu banyak menggambar.
Dalam tangga kehidupan, Art tangga satunya yang tidak berderit.
Tristan sayang saya, untuk menjadi seniman di semua seperti hidup di Swiss selama perang dunia.
Setiap produk jijik mampu menjadi negasi keluarga adalah Dada, sebuah protes dengan tinju dari keseluruhan nya yang terlibat dalam tindakan destruktif: Dada, pengetahuan dari semua berarti sampai sekarang ditolak oleh seks malu kompromi nyaman dan sopan santun : Dada, penghapusan logika, yang merupakan tarian yang impoten untuk membuat: Dada; dari setiap hirarki sosial dan persamaan mengatur demi nilai-nilai oleh pelayan pribadi kami: Dada, setiap benda, semua benda, sentimen, ketidakjelasan, penampakan dan benturan yang tepat dari garis paralel adalah senjata untuk melawan: Dada, penghapusan memroy: Dada, penghapusan arkeologi: Dada, penghapusan nabi: Dada, penghapusan masa depan: Dada, iman mutlak dan tidak diragukan lagi dalam setiap tuhan itu adalah langsung produk dari spontanitas: Dada; lompatan elegan dan objektif dari harmoni ke lingkup lain, lintasan kata melemparkan seperti piringan hitam melengking, untuk menghormati semua individu dalam kebodohan mereka saat itu: apakah itu serius, takut, pemalu, rajin , kuat, determinded, antusias, untuk divestasi gereja seseorang dari setiap aksesori praktis tidak berguna, untuk memuntahkan ide-ide yang tidak menyenangkan atau asmara seperti air terjun bercahaya, atau memanjakan mereka - dengan kepuasan ekstrim yang tidak peduli sedikit pun - dengan yang sama intensitas dalam semak jiwa seseorang - murni serangga untuk darah baik lahir, dan disepuh dengan tubuh archangles. Kebebasan: Dada Dada Dada, raungan warna tegang, dan jalinan yang berlawanan dan dari semua kontradiksi, grotesques, inkonsistensi: KEHIDUPAN
Sebuah kanvas yang kosong, tampaknya benar-benar kosong, yang mengatakan apa-apa dan tanpa makna. Hampir membosankan, sebenarnya. Pada kenyataannya, bagaimanapun, [itu] penuh dengan ribuan ketegangan nada dan [adalah] penuh harapan. Sedikit khawatir kalau-kalau ia akan marah ... Hal ini dapat berisi apa saja, tetapi tidak dapat mempertahankan segalanya ... Sebuah kanvas yang kosong adalah suatu keajaiban hidup - cantik jauh daripada gambar tertentu.
Saya ingin menyentuh orang dengan seni saya. Aku ingin mereka mengatakan 'ia merasa sangat, ia merasa lembut.
Aku bermimpi lukisan saya, dan kemudian saya melukis impian saya.
... Dass di Wirklichkeit ist nichts als Kunstlerischer zu Lieben Menschen mati
Tidak ada keharusan dalam seni karena seni adalah gratis.
Artis harus melatih tidak hanya mata, tetapi juga jiwanya.
Tujuan dari setiap seniman adalah untuk menangkap gerak, yang hidup, dengan cara buatan dan tahan tetap sehingga seratus tahun kemudian, ketika orang asing melihat hal itu, ia bergerak lagi karena inilah hidup.
Sejarah telah mengingat raja-raja dan prajurit, karena mereka hancur; Seni telah mengingat orang-orang, karena mereka diciptakan.
Aku sudah memutuskan, aku akan makan setiap kecanduan kecil dan diam-diam pergi menyebabkan gila 'sekarang saya menulis menyebalkan